SEMOGA ADA SETITIK BAROKAH TERSIRAT DARI SAJIAN YANG TERSURAT SEHINGGA HIDUP LEBIH BERMAKNA DAN BERGUNA

Wednesday, May 27, 2009

Biografi Pendiri Nahdlatul Wathan bag.2


Pendidikannya
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, sebelum melanjutkan studinya ke tanah suci Makkah, beliau menamatkan pelajarannya di Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong Lombok Timur pada tahun 1919 M, dan belajar agama Islam pada ayahandanya TGH Abdul Majid, TGH Syarafuddin Pancor dan TGH Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu Lomok Timur. Setelah berusia 17 tahun, yaitu pada tahun 1341 H/1923 M, berangkatlah beliau ke tanah suci Makkah Al Mukarramah utnuk melanjutkan studi, memperdalam berbagai macam disiplin pengetahuan Islam. Beliau berangkat bersama keluarga beliau, dan belajar di tanah suci selama 12 tahun.

Di kota suci Makkah Al Mukarramah, mula-mula beliau belajar di Masjidil Haram. Ayahandanya sangat selektif dalam mencari dan menentukan guru yang akan mengajar dan mendidik putra kesayangannya itu. Ayahandanya yakin bahwa guru adalah sumber ilmu dan kebenaran serta menjadi panutan bagi murid dalam pola berpikir dan berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh murid berguna dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun diakhirat.

Di Masjidil Haram beliau belajar sangat tekun pada ulama’-ulama’ terkenal zaman itu.

Kemudian pada tahun 1928 beliau melanjutkan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah yang pada saat itu di pimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah putra syaikh Rahmatullah,pendiri madrasah ini adalah Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah suci, dan telah banyak menghasilkan ulama’- ulama’besar.Di Madrasah Ash-Shaulatiyah inilah, beliau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan sangat rajin dan tekun di tekun di bawah bimbingan ulama’-ulama’ terkemuka kota suci Makkah waktu itu.

Syaikh Zakaria Abdullah Bila, seorang ulama’ besar kota suci Makkah, bekas teman beliau mengtakan ;’’ Saya teman seangkatan Syaikh Zainudin. Saya bergaul dekat dengannya beberapa tahun.Saya sangt kagum kepadanya. Dia sangat cerdas, ahlaknya mulia. Dia sangat tekun belajar,sampai-sampai jam keluar main pun diisinya dengan menekuni kitab pelajaran dan berdisusi dengan kawan-kawannya’’.

Karena ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai, tingkat kecerdasan (IQ) yang sangat tinggi, ketekunan dalam belajar, garis silsilah keturunan yang terpandang, kasih sayang serta keihlasan kedua orang tua dan do’a restu dari pak gurunya, maka beliau memperoleh prestasi yang sangat mengagumkan,sehingga berhasil dengan gemilang menyelesaikan studinya di Madrasah Ash-Syaulatiyah pada tahun 1352 H, dengan predikat sangat memuaskan. Kenyataanini tertera dalam ijazah beliau yang sangat khusus ditulis tangan, berbeda dengan Ijazah yang diberikan kepada kawan-kawan beliau. Nilai beliau sangt memuaskan, dengan angka semua 10 (sepuluh) pada semua mata pelajaran yang beliau tempuh, disamping diberikan tanda bintang, sebagai penghargaan atas prestasi dan keberhasilannya yang mengagumkan itu.

Kebersihan beliau meraih prestasi yang tinggi ini pulalah yang menyebabkan beliau mendapat banyak pujian, baik dari maha gurunya sendiri maupun kawan-kawan yang seangkatan dengan beliau dan ulama’-ulama’ terkemuka lainnya.

Pujian itu, antara lain di sampaikan oleh salah seorang mahagurunya, Al “allamah Al Adib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi, mahaguru yang memberikan kasih sayang cukup besar kepada muridnya yang genius ini. Pujian tersebut diungkapkan dengan syair berbahasa arab yang maksudnya :

"Demi Allah, saya kagum pada Zainuddin
kagum pada kelebihannya atas orang lain
pada kebesarannya yang tinggi
dan kecerdasannya yang tiada tertandingi

Jasanya semerbak di mana-mana
menunjukkan satu-satunya permata
yang tersimpan pada moyangnya
Buah tangannya indah lagi menawan
penaka bunga-bungaan
yang tumbuh teratur di lereng pegunungan"

Demikian pula pujian yang disampaikan oleh mahagurunya yang lain, yaitu Al “Allamah Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, mudir (direktur) Madrasah Ash-Shaulatiyah dengan ucapannya : “Madrasah Ash-Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin.

Sedangkan pujian dari kawan sekelasnya diberikan oleh Syaikh Zakaria Abdullah Bila. Beliau mengatakan : “Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi, di kala saya dan dia bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal ini. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang) agama, nusa dan bangsanya. Saya tahu, telah berapa banyak otak manusia yang diukirnya, telah berapa banyak kader penerus agama, nusa bangsa yang di hasilkannya. Saya tahu, dia adalah mukhlis (orang ikhlas ) dalam berjuang menegakkan iman dan taqwa di negerinya, rela berkorban, cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di kalangan teman-teman segenerasinya. Kelebihan yang di miliki selain yang saya sebutkan tadi, yaitu dia selalu mendapat doa restu dari guru-guru kami, ulama’-ulama’ besar di tanah suci Makkah Al Mukarramah utamanya Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath”.

Pujian Syaikh Zakaria Abdullah Bila seperti di atas, dikuatkan lagi oleh maha gurunya yang paling di cintai dan paling banyak memberikan doa dan inspirasi dalam perjuangannya, yaitu maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyiath, dengan ucapan beliau : “saya tidak akan berdoa ke hadlirat Allah s.w.t. kecuali kalau Zainuddin itu, sudah nampak jelas di depanku dan bersamaku”. Beliau juga menagtakan bahwa beliau mencintai setiap orang yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai orang yang tidak cinta kepada beliau.

Syaikh Isma’il Zain Al Yamani, seorang ulama’ besar kota suci Makkah Almukarramah, sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan keberhasilan perjuangan beliau. Dengan penuh keikhlasan ulama’ besar kota suci itu mengatakan bahwa beliau mencintai siapa saja yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan membenci siapa saja yang benci kepada beliau.

Fadlilatul “Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad “Alawi “Abbas Al Maliki Al Makki, seorang ulama’ terkemuka kota suci Makkah pernah mengatakan bahwa tak seorang pun ahli ilmu di tanah Suci Makkah Al Mukkarramah baik thullab maupun ulama’ yang tidak kenal kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi juga milik ummat Islam sedunia.

Demikianlah pujian yang diberikan secara ikhlas dan jujur baik oleh kawan seperguruan beliau maupun mahaguru dan ulama’-ulama’ lainnya Wlillahil hamdu.
bersambung.......

Link ke Facebook

0 komentar: