SEMOGA ADA SETITIK BAROKAH TERSIRAT DARI SAJIAN YANG TERSURAT SEHINGGA HIDUP LEBIH BERMAKNA DAN BERGUNA

Sunday, January 30, 2011

Sejarah Berdirinya Yayasan Pontren Syaikh Zainuddin NW Anjani

Nahdlatul Wathan adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang didirikan oleh Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada tanggal 01 Maret 1953 di Pulau Lombok Nusa Tengara Barat. Organisasi ini bercikal bakal dari Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) yang didirikan oleh almagfurlah pada tahun 1937. Pendidirian organisasi Nahdlatul Wathan dimaksudkan untuk mengkoordinir, mengelola, dan mempertanggungjawabkan madrasah cabang NWDI yang didirikan oleh para abituren NWDI yang pada tahun 1953 sudah berjumlah 66 buah serta amal usaha lainnya yang didirikan dan dikelola oleh para abituren Madrasah NWDI.

Sebagai organisasi kemasyarakatan maka Nahdlatul Wathan mempunyai struktur organisasi dari tingkat pusat sampai dengan tingkat ranting. Tingkat pusat disebut dengan Pengurus Besar, tingkat propinsi disebut dengan Pengurus Wilayah, tingkat kabupaten/kota disebut dengan Pengurus Daerah, tingkat kecamatan disebut Pengurus Cabang, tingkat desa/kelurahan disebut Pengurus Anak Cabang, dan tingkat kadus/lingkungan disebut pengurus Ranting. Untuk memilih pengurus yang mengisi struktur kepengurusan ini sekali dalam lima tahun diadakan Muktamar untuk memilih Pengurus Besar Nahdlatul Wathan dan Musyawarah untuk memilih Pengurus Wilayah sampai dengan Pengurus Anak Cabang. Sekali dalam tiga tahun diadakan musyawarah untuk memilih Pengurus Ranting.

Selama hayat pendidiri Nahdlatul Wathan sudah sembilan kali diadakan Muktamar untuk memilih Pengurus Besar Nahdlatul Wathan. Pendiri Nahdlatul Wathan wafat pada tanggal 21 Oktober 1997. Pada tanggal 24 s.d. 27 Juli 1998 diadakan Muktamar kesepuluh di Praya Lombok Tengah. Dalam Muktamar ini hanya ada dua calon ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul wathan yang muncul dari muktamirin, yakni Ummi Hjh. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid (putri kedua/bungsu pendiri Nahdlatul Wathan) dan H. Ma’shum Ahmad Abdul Madjid (keponakan pendiri Nahdlatul Wathan).

Dalam Muktamar ini terpilih ummi Hjh. Sitti Raihanun sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan masa bakti 1998 – 2003 dengan perbandingan suara 54 berbading 34. Kemenangan Ummi Hjh. Sitti Raihanun ini tidak diterima oleh pendukung H. Ma’shum Ahmad yang salah satunya adalah Ummi Hjh. Sitti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid (putri pertama/sulung pendiri Nahdlatul Wathan), dengan alasan bahwa Nahdlatul Wathan bermazhab syafi’i. Mazhab Syafi’i tidak memperbolehkan wanita menjadi pemimpin organisasi. Alasan ini dibatah oleh pendukung Ummi Hjh. Sitti Raihanun bahwa yang tidak diperbolehkan bagi wanita dalam mazhab syafi’i adalah menjadi kepala negara, mejandi hakim hukum pidana, dan menjadi imam sholat. Sedangkan menjadi pimpinan orgnaisasi sedikit pun tidak ada larangan. Untuk dimaklumi bahwa dari 18 (delapan belas) masyayikh Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits NW Pancor yang diangkat langsung oleh Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid hanya 2 (dua) orang yang menolak hasil Muktamar Praya, yakni TGH. Yusuf Ma’mun dan TGH. Zahid Syarif. Masyaikh Ma’had bagi warga Nahdlatul Wathan merupakan rujukan utama dalam hal-hal yang tekait dengan masalah-masalah keagamaan

Setelah Muktamar usai kondisi organisasi Nahdlatul Wathan tidak setabil kartena mereka yang menolak hasil Mukatmar dan sebagian masyarakat Pancor membuat gerakan-gerakan yang membuat para pengelola lembaga pendidikan yang bernauang di bawah Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW (Yayasan Pendidikan Hamzanwadi) Pancor tidak tenang dan tidak nyaman dalam melaksanakan tugas. Memnag secara kebetulan sebagaian besar lembaga pendidikan yang ada pimpinan dan pengasunya berasal dari luar Desa Pancor. Memang ini salah satu strategi yang dipergunakan oleh Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid untuk mengembangkan organisasi Nahdlatul Wathan dan memperbanyak santri yang belajar pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Pancor.

sumber :www.stmik-sznw.ac.id

Link ke Facebook

0 komentar: